Tahun Baru Hijriah sebagai Identitas Budaya Islam Indonesia

Menurut para ahli sejarah bahwa penentuan 1 Hijriah sebagai tahun baru umat Islam dilakukan enam tahun setelah Nabi Muhammad saw wafat atau ketika Umar bin Khaththab ra menjadi khalifah yang memerintah di Madinah. Sedangkan penamaan hijriah diambil dari momentum keberangkatan Rasulullah saw dari Makkah menuju Madinah sebagai tempat mukim baru. Selanjutnya ditetapkan Muharam sebagai penanggalan bulan pertama untuk tahun hijriah.

Pilihan bulan Muharam bisa dipahami karena Muharam merupakan hitungan bulan pertama dan masuk di antara bulan suci, yang di dalamnya diharamkan perilaku-perilaku yang berujung penumpahan darah, peperangan, dan diyakini adanya kejadian-kejadian istimewa terkait dengan mukjizat para Nabi. Karena itu, pada bulan Muharam terdapat anjuran untuk melakukan ziarah, silaturahmi, dan sedekah kepada anak-anak yatim dan piatu. Tentunya ini dalam rangka membahagiakan dan menyebarkan kasih sayang sebagai wujud dari meneladani Baginda Nabi Muhammad saw.

Aktivitas perayaan tahun baru hijriah di tengah masyarakat bisa dikatakan tradisi umat Islam. Meski tidak ada dalil yang ditegaskan oleh Rasulullah saw, tetapi memiliki manfaat berupa momentum syiar Islam, menjalin ukhuwah Islamiyyah, dan sebagai identitas yang membedakan antara umat Islam dengan umat agama lainnya.

Di negeri Indonesia, hampir seluruh daerah mempunyai tradisi yang unik terkait dengan bulan Muharam. Di masyarakat Sunda dan Jawa ada tradisi bubur merah dan bubur putih atau bubur suro. Di daerah-daerah Tatar Sunda diisi dengan pawai obor sambil melantunkan shalawat kepada Baginda Nabi Muhammad saw.

Di masyarakat Sunda pula dikenal "lebaran yatim", yaitu tradisi membahagiakan anak yatim piatu atau orang-orang dhuafa dengan berbagi makanan dan uang kadeudeuh. Biasanya sambil mengusap kepala anak yatim, orang memberikan amplop. Tradisi sedekah ini dilakukan pada acara tabligh akbar pada bulan Muharram di sebuah masjid kampung yang besar dengan mengundang anak yatim piatu.

Kemudian di Yogyakarta ada perayaan malam suro yang memadamkan lampu kemudian ada iringan kerbau dari keraton yang diperjalankan diiringi dengan bacaan shalawat dan syair-syair berbahasa Jawa. Di Bengkulu dan Padang Pariaman ada tradisi hoyak tabuik dan tabut yang menjadi acara nasional dan banyak ditonton masyarakat.

Sudah menjadi tradisi umum di masyarakat Jawa Barat seperti Purwakarta dan Karawang, bahwa pada malam 1 Muharam diadakan pawai obor dengan menyertakan anak-anak dan orangtua berjalan menuju satu tempat. Mereka yang pawai ini berasal dari berbagai tempat yang dipandu oleh para ustad atau tokoh Islam setempat. Bahkan, ada yang digerakkan oleh ormas keagamaan masyarakat maupun pemerintah daerah.

Orang-orang melakukan pawai obor pada malam 1 Muharam setelah menenuaikan shalat maghrib dengan memulai dari masjid. Bergerak bersama dalam iringan pawai obor dan biasanya pembacaan shalawat dan syair-syair agama yang dilantunkan bersama, serta menabuh rebana. Iringan pawai obor bergerak menuju tempat yang menjadi sentral pertemuan (seperti masjid agung) yang di lokasi itu diadakan tabligh akbar dan doa bersama. Disiapkan pula santapan makanan dan minuman untuk mereka yang melakukan pawai obor. Dalam acara ini, secara sosial terlihat adanya jalinan ukhuwah Islamiyyah dan kebersamaan di antara umat Islam.

Saya memahami bahwa tradisi 1 Muharam ini bukan sekadar ritual budaya, tetapi memiliki makna berupa kegembiraan karena masuk pada bulan yang disucikan dalam agama Islam. Sehingga di bulan Muharam ini selayaknya diisi dengan hal-hal yang membawa pada kesucian lahir dan batin, setidaknya dengan tidak melakukan aktivitas yang menodai kesucian bulan Muharam dan menjaga ukhuwah Islamiyyah.

Semoga di Tahun Baru 1440 Hijriah ini umat Islam Indonesia menjadi lebih baik dalam segala bidang dan mencapai kejayaan yang bermanfaat untuk masyarakat Indonesia. ***
 
Dr. H. Joko Trio Suroso, Drs., SH., MH., MBA. adalah pegiat pendidikan dan pembina beberapa lembaga pendidikan dan sosial; Caleg DPRD Jabar Dapil Karawang & Purwakarta