
Dan
setiap umat pasti mengenal kisah Nabi Ibrahim as bersama Nabi Ismail as, sang
putra. Sangat menyentuh dan mungkin untuk manusia biasa tidak mampu menjalani
ujian dari Tuhan, yang mengoyak hati dan mematahkan akal sehat. Seorang anak
yang didamba-damba kehadirannya mesti dikurbankan. Sang "darah
daging" sendiri pun mesti dipasrahkan. Ini bentuk totalitas iman kepada
Allah.
Seorang
hamba meminta kepada Allah untuk diberi anak dan saat remaja diminta kembali
oleh-Nya melalui pengorbanan. Jiwa yang diminta. Tentunya orang yang beriman
dan sebagai upaya membuktikan keimanan mesti taat kepada-Nya. Dan ketaatan yang
ditunjukkan Nabi Ibrahim as terbukti, sehingga Allah menggantikan
"qurban" dengan binatang. Dan sampai kini qurban untuk mendekatkan
diri kepada Allah dan sebagai bentuk ketaatan dilaksanakan dengan menyembelih
hewan qurban. Bukan menyembelih manusia, bukan "mengorbankan" manusia
supaya menderita. Tetapi yang dipersembahkan kepada Tuhan yang memiliki manfaat
bagi manusia lainnya, di antaranya menyembelih binatang yang halal
dikonsumsi.
Dari
Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as inilah ibadah qurban berpijak dan
selanjutnya menjadi bagian dari ibadah ritual tahunan yang berdampak sosial
bagi masyarakat yang membutuhkan daging sebagai makanan lezat. Tidak hanya dari
prosesi qurban, bahkan dari distribusi daging pun kalau dihayati ada ibrah
pula, yaitu bahwa mengonsumsi makanan atau minuman itu harus yang halal dan
berdampak manfaat. Karena itu, seorang Muslim dan Muslimah kala mengonsumsi
tidak asal makan dan asal minum. Namun mesti memenuhi syariat dan manfaat
positif.
Peristiwa
dalam kitab suci menyebutkan Nabi Ismail as tidak jadi disembelih. Ini
merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada manusia pilihan-Nya. Sehingga yang
layak dipersembahkan bukan manusia, tetapi kepasrahan kepada Allah. Yakni
menerima kehendak-Nya dengan tanpa mempertanyakannya.
Dari
prosesi sembelihan Nabi Ibrahim as, ada ibrah (pelajaran) bahwa ketaatan kepada
Allah perlu bukti dan saat menjalankan perintah-Nya harus totalitas. Kecintaan
pada anak jangan mengalihkan cinta kepada Allah.

Ingatlah
peristiwa Iblis kala diusir. Bukan sekadar sombong atau angkuh, tetapi yang
menjadi penyebab (tampaknya) adalah menolak perintah Allah. Dengan menolak
berarti telah memposisikan diri yang berkehendak. Mungkin Iblis lupa bahwa yang
berkehendak atau empunya perintah yang sejati hanya Allah. Karena itu, ketaatan
sebagai perwujudan dari iman kepada Allah mesti dibuktikan dan dilaksanakan
dengan pasrah, yaitu sepenuh hati dan ikhlas.
Demikian
sedikit renungan yang bisa diambil dari peristiwa Nabi Ibrahim as dan Nabi
Ismail as. Tentu masih banyak hikmah yang bisa diambil dari peristiwa tersebut.
Selamat
Idul Adha. Mohon maaf lahir dan batin. Jangan lupa berbagi dengan sesama
melalui qurban dan meluangkan waktu untuk berdoa bagi kesejahteraan masyarakat
Indonesia.
21-08-2018